Wednesday, April 26, 2017

celotehan random #2



Kemarin dulu kala pas main-main ke kampus, tiba-tiba gak disangka "terjebak" dalam sesi obrolan "meja bundar" di kantin. Yang bikin saya amaze, sesi ini beranggotakan orang-orang yang selama jadi mahasiswa, saya jarang ngobrol panjangxlebarxtinggi dengan beberapa dari mereka, itupun paling lama ngobrol biasanya gak sampe 5 menit.

Tiba-tiba obrolan "serius tapi santai ngalor-ngidul" itu sampailah pada celetukan (dari orang pertama)..

"Kalau saya, yang penting sekarang saya ikutin sistem aja, gak ikutan sana-sini, tetap berpegang ama sistem."

Ini yang menggelitik, sebagai bekas penganut paham tersebut (karena di pekerjaan yang sekarang, saya adalah sistem :D), kalimat ajaib itu sangat jarang saya dengar di jaman ini
Setelah ditelaah lebih lanjut berdasarkan celotehan beliau, ternyata beliau memiliki bargain position yang tinggi. Artinya, beliau memiliki keahlian yang-emang-bener-bener-cuma-dia-seorang yang bisa melakukan pekerjaan tersebut. Nah point pentingnya, gak peduli ada di level mana posisi kamu berada, jika memiliki bargain position yang tinggi, terutama bagi orang-orang yang (masih) memiliki pemikiran idealis yang tinggi, akan tidak mudah untung diombang-ambingkan oleh "pelaksana" sistem.

Kenyataannya, suatu sistem juga memiliki celah yang disebabkan adanya culture "yang telah berakar" untuk berbuat menyimpang. Culture disini adalah kebiasaan-kebiasaan yang menyalahi sistem, namun dianggap lumrah. Yang terkadang, hal-hal yang sesuai sistem malah dianggap sebagai sesuatu yang aneh (seperti pada postingan yang ini).

Mungkin karena belum pernah merasakan bekerja di dunia birokrasi, jadi saya agak susah menyelami permasalahan mendasar yang seringkali terjadi di dalamnya. Tapi dari sudut pandang mantan pegawai swasta, menurut saya bos-lah yang merupakan cerminan dari sistem yang ada di suatu organisasi.

Nah..pemikiran saya tentang sistem menemukan pencerahan setelah mendengar celetukan dari orang kedua dalam sesi obrolan meja bundar ini. Intinya beliau mengatakan bahwa,

"Saya harus menjadi sesuatu dulu untuk bisa mendobrak sistem agar kembali ke arah-tujuan-jalan semula". 

Artinya, saat masih memiliki bargain position lemah, tetap berusaha untuk berada di tempat, meskipun terkadang agak bergeser sedikit karena terikut arus. Namun dari situ, tetap berjuang dan berusaha untuk meningkatkan kapasitas diri agar memperoleh kepercayaan dengan output menduduki posisi penting dan strategis. Outcome-nya, ya itu tadi..membuat keadaan dan kondisi berjalan sesuai dengan sistem yang telah ditentukan tanpa adanya gap dalam pelaksanaannya. 

Kalau boleh menganalogikan secara random, tiba-tiba teringat agen-agen FBI, CSI, DEA, atau yang lainnya (kebanyakaan nonton serial detektif :D) yang sedang menyamar. Mereka diharuskan mengikuti sistem yang berlaku di dunia tempat mereka menyamar mafia, harus berpura-pura melakukan pekerjaan yang terkadang-gak-sesuai-sama-hati-nurani biar dapet kepercayaan. Ujung-ujungnya, semua dilakukan demi untuk mendapatkan posisi penting dan strategis, yang berkaitan dengan segala informasi mengenai seluk beluk organisasi. Tujuan akhirnya, agar agen yang ditempatkan di sana dapat membongkar atau menghancurkan organisasi mafia tersebut.

Yah..dari sekian ratus kata celotehan ini dapat ditarik kesimpulan, ada pengorbanan untuk setiap upaya, dan harus ada keberanian untuk melangkah. 

Nah, siapkah kita sebagai agen perubahan untuk melakukannya?


nb. gambar pinjem dari sini

No comments:

Post a Comment