Saturday, April 15, 2017

celotehan random #1



"Yaaelah..sabar kalik!" (mohon diucapkan dengan intonasi lembut, menurun di setiap akhir kata :D)

Kalimat seru itu sering banget terucap akhir-akhir ini ketika berkendara, terutama di waktu pagi, -jam sibuk berangkat kerja atau sekolah-, dengan lokasi di sekitaran Kalimalang yang terkenal ruwet :D

Kadang sering bertanya dalam hati, kemanakah perginya si Etika kalau pas lagi berkendara di jalan? Ketinggalan di rumah? Atau disembunyiin? Atau... memang si Etika sengaja ditinggal biar gak berat?
Tapi mau nanya nih, jalan-raya-itu-milik-kita-orang-bersama kan yah (iya dong, kan dibangunnya pake uang pajak bersama, bukan iuran kakek anda atau hibah moyang anda kan?). Artinya....ya kalau mau cilaka di jalan, monggo lho..boleh-boleh aja, tapi sendirian aja lah, gak usah ajak-ajak pengendara motor yang lain.

Mau bukti?

Siapa yang punya hobi mencet klakson di saat-gak-penting seperti di waktu lampu merah masih menyala? 
Kadang muncul pertanyaan besar, emmm..gak buta warna kan? Tau kan artinya kalau lampu warna merah yang nyala? (ini gak cuma motor, kendaraan beroda empat seperti angkot dan mobil juga terkadang menunjukkan perilaku yang sama----maksudnya perilaku "yang ngendarain" loch yach). 
Gak cuma diklaksonin, tapi para pemakai jalan yang tetap setia nungguin sampai lampu hijau menyala terkadang dapet bonus pujian berupa kalimat marah-marah atau omelan. Pernah sii..dapet pujian "Bego luuu" (kayak gimbot tetris aja), gegara tetep kekeuh nungguin si lampu hejo nongol.

Jadii..kalau Anda-anda sekalian mau kekeuh jalan terus pada saat lampu menyala merah, monggo..silahkan lho. Bisa pake cara yang agak cerdas, misal dengan mengasah kemampuan akrobat cari celah di jalan sempit, biar gak perlu ribut tet-tet-to-et minta kendaraan di depan Anda untuk tancap gas.


Tapi, sebenernya masih ada satu hal lagi yang agak ganggu banget.
Tau kan kalo lagi kejebak macet, kadang ada jalan-sempit-seuprit yang "kelihatannya-bisa-di-lewatin-nih" sama pengendara motor di belakang. 
Tapi, apakah motor yang bagian belakangnya agak bohay seperti vario 150cc atau NMax layak untuk lewat di "jalan-sempit-seuprit" itu? 
Terkadang, hal ini membuat saya masygul di jalan, merana sesak di dada, sampai-sampai entah harus berkata apa.

Secara garis besar, kelakuan para pengguna jalan dapat dikategorikan menjadi berikut:

Ihwal
Pengguna jalan biasa (aneh)
Pengguna jalan bukan-biasa (wajar dan lumrah)
Kendaraan di depan mau belok kiri
Kecepatan dikurangi, kalau sigap bisa belok-syuut lewat kanan
Merasa harus melakukan pembuktian diri dengan menambah kecepatan dan lewat kiri (juga)
Kalau mau belok
Nyalain lampu sein, kalau lagi ada yang nge-bonceng, si pembonceng bekerja sama dengan melambaikan tangannya dengan sopan
Cukup pakai lambaian kaki yang kadang membuat terkejut pengendara di sekitarnya
Perubahan lampu lalu lintas dari hijau ke kuning
Kecepatannya dikurangi
Menambah kecepatan dengan acuh, ditambah acara pencet klakson
Perubahan lampu lalu lintas dari merah ke hijau
Motor di-stater dan jalan
Pencet klakson first
Kendaraan di depan lagi berhenti
Ikutan berhenti, sabar, dan berpikiran positif ama si pengemudi (kecuali oknum yang sengaja berhenti buat ngetem)
Pencet klakson
Jalanan pas lagi macet
Sabar nunggu giliran
Pencet klakson
Pas lagi berhenti nunggu lampu merah berubah jadi hijau
Di belakang garis putih
Pencet klakson  plus ngasi pujian ke pengendara lain “Bego luu”
Kalau ketemu sama jalan satu arah
Rela puter jalan meskipun agak sedikit jauh dan macet
Pasang muka datar atau kalau agak-sopan-sedikit pake senyum sambil berkendara ngelawan arah.
Ada juga siih yang –entah-gak-tau-kok-bisa-dapet-license-untuk-berkendara –di-jalan-raya*, dengan memasang muka sangar dan siap-siap untuk berkata HUH

Ilham: inget sama postingan yang ini tiga tahun yang lalu, diolah seadanya dengan penambahan pengalaman penulis (2017)

nb. gambar pinjem dari sini




No comments:

Post a Comment